artikel

Edukasi Program Kerja Remaja S.I.A.P ( Sadar Internet Anti Penyimpangan) di Era Digital oleh Mahasiwa KKN Unand di Pematang Panjang 2025

20 August 2025

Edukasi Program Kerja Remaja S.I.A.P ( Sadar Internet Anti Penyimpangan) di Era Digital oleh Mahasiwa KKN Unand  di Pematang Panjang 2025
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, remaja Indonesia saat ini hidup dalam lingkungan yang sangat terhubung dengan dunia maya. Akses terhadap internet, media sosial, dan berbagai platform interaktif menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka, baik untuk keperluan belajar, berinteraksi dengan teman, maupun mencari hiburan. Perkembangan ini membuka peluang besar bagi remaja untuk mengembangkan kreativitas, memperluas wawasan, dan memanfaatkan teknologi sebagai sarana membangun masa depan. Namun, di balik potensi besar tersebut, tersembunyi pula berbagai risiko yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam perilaku menyimpang di ranah digital. Fenomena ini tidak lagi bersifat kasuistis, melainkan telah menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian bersama. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa KKN Unand di Pematang Panjang membuat program kerja edukasi remaja SIAP (Sadar Internet Anti Penyimpangan) yang berlokasi di SMPN 13 Pematang Panjang.
Hasil survei UNICEF menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan sekitar 45% remaja Indonesia berusia 14–24 tahun pernah menjadi korban cyberbullying. Bentuknya beragam, mulai dari pelecehan verbal melalui aplikasi pesan instan, penyebaran foto atau video pribadi tanpa izin, hingga tindakan perundungan yang dilakukan secara terus-menerus di media sosial. Perundungan daring ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental korban, tetapi juga dapat memengaruhi prestasi belajar, hubungan sosial, dan rasa percaya diri mereka. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya arus informasi di internet yang tidak selalu disertai dengan kemampuan menyaring dan memverifikasi kebenarannya. Dr. Fitrini, S.P., M.Ec selaku DPL dari tim mahasiswa KKN Unand di nagari Pematang Panjang juga ikut menyarankan mahasiswanya untuk memberikan edukasi mengenai penyimpangan dan penyalahgunaan media sosial di masyarakat khususnya di kalangan remaja.
Di sisi lain, hasil pengukuran tingkat literasi digital nasional pada tahun 2022 menunjukkan skor 3,54 dalam skala 1–5. Angka ini memang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yang menandakan adanya kemajuan dalam kecakapan digital, etika berinternet, kesadaran keamanan siber, dan pemahaman budaya digital. Akan tetapi, skor tersebut masih berada pada kategori β€œsedang”, yang berarti masih banyak ruang perbaikan. Rendahnya kesadaran terhadap etika digital dan lemahnya kemampuan melindungi data pribadi membuat sebagian remaja rentan terpapar dampak negatif dunia maya, mulai dari penipuan online, penyalahgunaan identitas, paparan konten kekerasan atau pornografi, hingga keterlibatan dalam aktivitas ilegal seperti perjudian online. Kondisi ini turut dirasakan di lingkungan SMP 13 Pematang Panjang, di mana pihak sekolah melihat adanya kebutuhan mendesak untuk mengawasi aktivitas digital siswa. Dari hal tersebut, salah satu guru meminta mahasiswa KKN Unand Pematang Panjang untuk merancang sebuah aplikasi yang dapat memantau dan merekam histori penggunaan ponsel murid, sehingga potensi penyimpangan dapat diperiksa.
Fakta-fakta ini menjadi sinyal bahwa kemajuan teknologi perlu diimbangi dengan pembentukan karakter digital yang kuat. Remaja tidak hanya perlu dibekali kemampuan teknis dalam menggunakan teknologi, tetapi juga pengetahuan untuk mengidentifikasi risiko, keterampilan berpikir kritis dalam memilah informasi, serta kesadaran akan tanggung jawab sebagai warga digital yang beretika. Kondisi tersebut semakin menegaskan pentingnya hadirnya gerakan SIAP (Sadar Internet Anti Penyimpangan) sebagai salah satu pendekatan edukatif yang menyasar langsung kelompok remaja. Gerakan ini dirancang untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan yang memadai agar mereka mampu memanfaatkan teknologi digital secara bijak. SIAP tidak hanya memandang internet sebagai sarana hiburan atau komunikasi semata, melainkan juga sebagai ruang yang kompleks, penuh peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi dengan kecerdasan dan kewaspadaan. Dalam kerangka ini, remaja diajak memahami bahwa di balik layar gawai yang mereka gunakan setiap hari, terdapat potensi risiko yang nyata mulai dari perundungan online (cyberbullying), pelanggaran privasi akibat penyalahgunaan data pribadi, hingga paparan informasi palsu atau hoaks yang dapat menyesatkan opini dan perilaku. Oleh karena itu, edukasi yang diberikan oleh mahasiswa KKN UNAND di Pematang Panjang secara khusus menyoroti bahaya cyberbullying, memberikan pemahaman menyeluruh mengenai bentuk-bentuknya, dampak yang ditimbulkan, serta strategi pencegahan agar remaja mampu melindungi diri sekaligus menghargai orang lain di ruang digital.
Edukasi yang diberikan oleh mahasiswa KKN Universitas Andalas di Pematang Panjang tidak hanya berfokus pada isu cyberbullying, tetapi juga merangkum berbagai ancaman digital lainnya yang kerap mengintai remaja. Salah satunya adalah fenomena kecanduan perjudian digital yang sering terselubung dalam bentuk permainan daring berbayar, serta berbagai perilaku menyimpang lainnya di ruang maya. Kondisi ini semakin memperkuat urgensi pendidikan literasi digital yang komprehensif. Melalui gerakan SIAP, remaja tidak hanya diajarkan cara mengidentifikasi dan menghindari risiko tersebut, tetapi juga dibekali keterampilan praktis seperti melakukan verifikasi informasi, menjaga keamanan akun, mengelola jejak digital, serta mengembangkan etika komunikasi yang sehat di media sosial. Langkah awal untuk menjadi digital citizen yang bertanggung jawab dimulai dari kesadaran bahwa keamanan dan kenyamanan di dunia maya bukan hanya tanggung jawab pihak berwenang atau platform penyedia layanan, melainkan juga tanggung jawab setiap individu. Dengan kesadaran ini, generasi muda diharapkan dapat menjadi pengguna internet yang produktif, kreatif, dan berintegritas, sekaligus mampu berkontribusi dalam menciptakan ekosistem digital yang aman dan sehat.
Implementasi program SIAP sebaiknya dilakukan melalui kombinasi pendekatan formal, informal, dan digital. Di ranah pendidikan, sekolah bisa memasukkan literasi digital dalam kurikulum, dengan materi tentang etika digital, keamanan online, serta simulasi penanganan kasus cyberbullying. Di luar kelas, kampanye kreatif di media sosial menggunakan tagar seperti #RemajaSIAP dapat melahirkan konten edukatif yang menarik bagi generasi Gen Z. Pelatihan seperti fact-checking, pengaturan privasi akun, serta pengenalan terhadap digital self-defense juga penting agar remaja tidak mudah terjebak dalam informasi palsu atau konten eksploitasi. Lebih dari itu, kolaborasi antarlembaga dan komunitas menjadi fondasi kuat program ini. Orang tua perlu dilibatkan untuk mendampingi penggunaan gadget secara sehat, guru dan tokoh masyarakat dapat menjadi penggerak diskusi di lingkungan sekolah, dan pihak berwenang seperti Kominfo atau Polri dapat memberikan sosialisasi tentang aspek hukum seperti Undang-Undang ITE. Dalam ranah narkoba dan konten negatif, Badan Narkotika Nasional (BNN) bahkan telah memperkuat strategi pencegahan melalui pelatihan penyuluh serta edukasi berbasis karakter animasi anti-narkoba.
Remaja juga perlu dilibatkan sebagai agent of change bukan hanya sebagai target edukasi. Mereka potensial menjadi influencer positif, pelapor konten berbahaya, atau anggota komunitas digital sehat. Partisipasi aktif ini akan menjadikan gerakan SIAP lebih hidup dan berdampak. Internet kemudian tidak hanya menjadi ruang konsumsi, tapi juga ruang kreatif dan edukatif yang menumbuhkan karakter produktif, kritis, dan bertanggung jawab.

Bagikan artikel ini:

Kembali ke Artikel